obrolAN ( Jum’at, 07 Desember 2018)
Pemilihan Umum yang tinggal menghitung bulan tentu saja akan membawa banyak dampak besar bagi masa depan bangsa dan rakyat Indonesia. Dalam Pemilu mendatang khususnya pada kontestasi Pemilihan Presiden, persaingan perebutan kursi kepresidenan kembali diperebutkan oleh dua calon yang sebelumnya pernah bersaing dalam Pilpres 2014, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Joko Widodo sebagai calon incumbent kali ini berpasangan dengan mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia KH. Ma’aruf Amin. Pasangan nomor urut satu ini pada Pemilu 2019 nanti akan disokong oleh sembilan partai politik pendukung yaitu, PDIP, Golkar, PKB, PPP, Nasdem, Hanura, PSI, Perindo dan PKPI. Koalisi pendukung Jokowi – Ma’aruf Amin menamakan dirinya sebagai Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Sedangkan calon penantang Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Sandiaga Uno yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 akan didukung oleh Koalisi Indonesia Adil Makmur terdiri dari empat partai pengusung, yaitu Gerindra, PKS, PAN, dan Partai Demokrat.
Pada Pilpres mendatang, masalah ekonomi menjadi hal yang menjadi perhatian khusus dari kedua pasangan calon. Ekonomi berdaulat sama sama diusung oleh kedua pasangan calon yang dikemukakan melalui visi misi kampanye mereka. Berdasarkan dokumen yang diterima CNNIndonesia.com, Capres-Cawapres Joko Widodo – Ma’ruf Amin memiliki visi terwujudnya Indonesia yang maju, berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong-royong. Visi itu akan dijalankan dengan sembilan misi. Antara lain, peningkatan kualitas manusia Indonesia, struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing, pembangunan yang merata dan berkeadilan. Tak cuma itu, kedua paslon juga bermisi mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan, kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa, dan penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
Paslon Prabowo – Sandi menjelaskan visi mereka, yaitu terwujudnya bangsa dan negara yang adil, makmur, bermartabat, relijius, berdaulat, berdiri di atas kaki sendiri, dan berkepribadian nasional yang kuat di bidang budaya. Keduanya menjamin kehidupan yang rukun antarwarga negara tanpa memandang suku, agama, ras, latar belakang etnis dan sosial berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi itu akan dijalankannya melalui lima misi. Yaitu, membangun perekonomian nasional yang adil, berkualitas, berwawasan lingkungan dengan mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia melalui jalan politik-ekonomi. Selain itu, membangun masyarakat Indonesia yang cerdas, sehat, berkualitas, produktif, dan berdaya saing dalam kehidupan yang aman, rukun, damai, dan bermartabat serta terlindungi oleh jaminan sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi.
Kontestasi politik kali ini terasa lebih menarik untuk dicermati bersama khususnya bagi kita generasi muda utamanya yang terkait dengan peta calon pemilih. Pada Pemilu 2019 nanti, dari total jumlah pemilih sebanyak 186.379.878 pemilih, sekitar 100 juta pemilih atau artinya lebih dari 50 persen pemilih akan didominasi oleh pemilih muda atau yang akhir akhir ini lekat dengan sebutan millenials (Sumber: Kompas TV, 7 September 2018). Artinya masa depan bangsa Indonesia kedepannya akan sangat ditentukan oleh kita generasi muda.
Peta pemilih tersebut menjadikan masing-masing pasangan calon bersaing keras untuk mendapatan simpati pemilih millennial. Berbagai strategi diterapkan oleh kedua pasangan calon untuk menggaet massa pemilih muda, menghadiri acara anak muda, berbusana mengikuti trend fashion anak muda, dan yang akhir-akhir ini tengah menjadi sorotan adalah upaya menggaet para politisi muda untuk ikut bergabung dalam koalisi pemenangan masing masing calon. Berbagai strategi tersebut jangan sampai menjadikan kita sebagai calon pemilih mudah terpengaruh hanya karena pendekatan ataupun strategi yang sebenarnya hanya gimmick semata. Sehingga pemahaman terhadap skema politik dan mengenal lebih dalam gagasan pasangan calon merupakan hal terpenting bagi pemilih millennial untuk menentukan sikap.
Maka hal yang tepat untuk dilakukan pemuda adalah dengan menganggap bahwa pemilu merupakan suatu hal yang perting dan perlu mendapat perhatian dari kalangan pemuda saat ini, saatu suara pemuda sangat berarti bagi kedepannnya. Pemuda di tuntun untuk aware, melihat kondisi perpolitikan saat ini yang persainganya sangat ketat haruslah cerdas dalam melihat kapabilitas masing-masing kandidat calon, tahu dan memahami visi misi merupakan kunci dalam menentukan sikap kita dalam memilih presiden 2019 mendatang. Fanatisme buta lalu mengabaikan visi misi merupakan tindakan yang kurang tepat bagi pemilih milenial saat ini, pemuda sebagai pemilih terbanyak di Indonesia harusnya menjadi garda terdepan dalam proses pemilu kali ini supaya Pemilu lebih sehat dan bersih dari segala tindakan yang dapat mengotori nilai-nilai pemilu yang baik, menjadi pemilih milenial harusnya menjadi agent of change dalam pemilu ini, mencontohkan nilai-nilai yang baik kepada masyarakat bagaimana seharusnya bersikap, tidak melakukan black campaign ,tidak goput, tidak tergiur dengan iming-iming uang yang tidak seberapa ketika diminta memilih salah satu pasangan calon dan lain sebagainya. Pemuda seharusnya menjadi pembawa nilai-nilai positif bagi yang lainnya dalam pemilu tersebut.
Penalaran HMJ AN, 7 Des-2018